STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Rabu, 25 Maret 2015

Teknik-Teknik Memotivasi Siswa



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan siswa yang mempunyai semangat untuk terus belajar seumur hidup, penuh rasa ingin tahu dan keinginan untuk menambah ilmu, meskipun pendidikan formal mereka telah berakhir. Kunci untuk mewujudkan semua itu adalah adanya motivasi yang kuat dan terpelihara dalam diri siswa untuk belajar.

          Sebagai seorang guru tentu Anda pernah mengamati siswa-siswi di kelas tiba-tiba kurang motivasi belajar. Hal ini sering ditandai dengan sikap negatif, seperti malas mengerjakan tugas, tidak merespons pertanyaan guru, tidak mau memberi pendapat, berperan sebagai pengikut saja atau tidak punya inisiatif, dan mengganggu teman atau berkomentar yang menarik perhatian orang lain. Salah satu penyebab hal tersebut terjadi karena guru lupa atau jarang memberi penghargaan atau pujian kepada siswanya tentang hal kecil apapun yang sudah mereka lakukan ketika mereka telah melakukan perubahan dalam bidang akademik dan perilaku. Bagaimanapun, pujian sesederhana apapun secara verbal sebenarnya dapat memengaruhi rasa diterima dan dipercayai kemampuannya sebagai seorang manusia. Otomatis hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar dikelas. 


1.2   Rumusan Masalah
Bagaimana teknik-teknik memotivasi siswa agar semangat dalam belajar?

BAB II
PEMBAHASAN
Teknik-Teknik Memotivasi Siswa
Motivasi tidak selalu timbul dengan sendirinya . motivasi dapat ditumbuhkan, dikembangkan , dan diperkuat atau ditingkatkan. Makin kuay motivasi seseorang makin kuat usaha unutk mencapai tujuan . selain itu, motivasi juga harus diberikan dengan cara yang tepat dan Waktu yng tepat pula. Menurut Elliot (1996) dalam, ada tiga saat dimana seorang guru dapat membangkitkan motivasi belajar pada siswa, yaitu : pada saat mengawali beljar, selama belajar, dan mengakhiri belajar
1.      Pada saat mengawali beajar
dua factor motivasi kunci dalam hal ini adalah sikap dan kebutuhan. Guru harus membentuk sikap positif pada diri siswa dan menumbuhkan kebutuhannya  untuk belajar dan berprestasi. Setiap kali mengawali pelajaran, guru dapat memulai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing siswa mengungkapkan sikap dan kebutuhan mereka terhadap pelajaran. Lalu perlahan-lahan siswa diarahkan untuk bersikap positif dan merasakan kebutuhannya.
2.      Selama belajar
Dua proses kunci yang penting dalam hal ini addalah stimulasi dan pengaruh. Untuk menstimulasi siswa dapat dilakukan dengan menimbulkan daya tarik pelajaran, juga dapat dilakukan dengan mengadakan permainan. Selain itu, guru harus mempengaruhi atribusi siswa terhadap hasil perilakunya, bila ia berhasil maka keberhasilan itu adalah atas usahanya akan tetapi jika gagal aka itu bukanlah kesalahannya dan masih ada kesmpatan untuk memperbaiki.
3.      Mengakhiri belajar
Proses kuncinya dalah kompetensi dan reinforcement. Guru harus membantu siswa mencapai kompetensi dengan meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan reinforcement harus diberikan dengan segera dan sesuai dengan kadarnya
Ada banyak teknik yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik atau guru untuk memotivasi siswa?pemelajar unutk belajar. Sardiman (2001) mengemukakan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhakn motivassi dalam kegiatan belajar disekolah melalui:
1.      Memberi angka
2.      Hadiah
3.      Saingan/kompetisi
4.      Ego involvement
5.      memberi ulangan
6.      mengetahui hasil
7.      pujian
8.      hukuamn
9.      hasrat untuk belajar
10.  minat
11.  tujuan yang diakui
Nasution (1988) mengemukakan ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi belajar, yaitu
1.      memadukan motif-motif yang sudah dimiliki
2.      memperjelas tujuan yang hendak dicapai sehingga siswa akan berbuat lebih efektif
3.      mengadakan persaingan
4.      memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai
5.      pemberian contoh yang positif
azwar (dalam irfan dkk 200) teknik memotivasi siswa
1.      ganjaran ( rewards ) . Pemberian ganjaran atau hadiah berkaiatan dengan kebutuhan akan penghargaan pada diri siswa. Bentuk ganjaran yang diberikan dapat bersifat simbolik seperti sertifikat, dapat berupa materi seperti buku, dan dapat pula bersifat psikologis seperti pujian dan pengakuan. Pada umumnya ganjaran materi akan lebih efektif diberikan pada siswa tingkat rendah sedangkan ganjaran untuk tingkat yang lebih atas harus lebih berbentuk simbolik atau psikologis.
2.      Nilai prestassi. Nilai prestasi diberikan sebagai hasil THB, EBTA dan untuk hasil pekerjaan rumah maupun tugas-tugas di sekolah, akan memiliki nilai motivasi yang tinggi apabila diberikan dengan cara yang tepat. Terutama dalam memberikan nilai terhadap tugas-tugas sekolah sehari-hari hendaklah dilakukan berdasarkan kemajuan belajar siswa masing-masing, tidak berdasarkan perbandingan deengan prestasi kelompok.
3.      Kompetisi. Dalam situasi-situasi tertentu, persaingan dapat menjadi sumber motivasi yang ampuh. Bila akan mengadakan suatu bentuk kompetisi di kelas, haruslah diingat bahwa dalam kompetisi itu setiap siswaa harus mempunyai kesempatan yang sama besar untuk menang. Bila kompetisi itu menyangkut prestasi sekoliah, maka harus ada pengelompokan kemaampuan lebih dahulu. Apabila akan dibuat daalam suatu kompetisi dalm menyelesaikan tugas belajar sehari-hari, lebih baik bila tugas itu merupakan tugas kelompok.
4.      Pengetahuan akan hasil belajar. Untuk setiap tugas sekolah maupun rumah, sangat penting artinya dalam motivasi belajar adalah pengetahuan akan hasil.  Para siswa sedapat mungkin segera mengetahui hasil pekerjaan mereka. Penelitian menunjukan bahwa pengetahuan akan hasil pekerjaan sangat efektif dalam memotivasi siswa untuk belajar
Setiap siswa memiliki motif terhadap tugas belajarnya,mulai dari sekedar mendapatkan pengakuan dari sekitarnya (need of recognation) yang diwujudkan dalam bentuk perilaku ingin dihargai prestasi belajarnya sampai mencapai kebutuhan berprestasi,berkompetisi dan menjadi juara disekolahnya ,need of achievement. Namun yang lebih penting adalah bagaimana memotivasi siswa agar memiliki komitmen yang mendalam untuk terus mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah diraihnya,memiliki daya saing dan akhlak mulia.Untuk itu dalam memotivasi siswa perlu menanmkan kesadaran melalui
1.               Cognitive Insight :  Kesadaran siswa pada tataran ini haya berdasarkan kognitif semata,siswa termotivasi hanya sebatas informasi yang diterima,mulai membandingkan perilaku yang bakal dijalani dengan perilaku orang sekitar dan rekan sebayanya sebagai pertimbangan untuk memutuskan patuh pada “Nasehat” guru. Tingkat kesadaran pada tahap ini sangat labil karena bisa saja siswa terpengaruh oleh informasi lain yang lebih menarik pikirannya.Sehingga mereka bisa saja tidak termotivasi atau melanggar karena mendapatkan pengetahuan baru yang “membuat nasehat guru menjadi tidak logis.
2.               Affective Insight ;Kesadaran pada tataran afeksi sangat bergantung pada tingkat kepuasan siswa melakukan tindakan yang disarankan,dalam hal belajar jika siswa merasa puas terhadap mata- pelajaran  dan pengalaman selama  menjalani kegiatan  belajar yang diterimanya  akan memiliki hasrat untuk terus mengulang. Aspek kepuasan  memang tidak serta merta membuat siswa konsisten dalam belajar namun masih lebih baik  dibandingkan cognitive ,karena pengalaman yang berkesan diingatnya. Seorang guru patut menjaga kepuasan belajar siswa agar mereka tidak terjebak dalam boring experience dengan terus memotivasi dan menciptakan kegiatan yang kreatif ,value creation.
3.                Cognative insight : siswa memiliki komitmen yang kuat untuk menjalankan “nasehat gurunya lantaran percaya dan memiliki hasarat yang besar meraih keberhasilan,mereka adalah siswa yang terus mengkatkan pengatahuan guna mencapai prestasi yang diinginkannya.Guru perlu terus memotivasi   serta mampu memberikan pemaknaan lebih tinggi atas upaya dan hasil yang dicapai  siswa,agar siswa memiliki cognitive consistency selama  mengejar dan meraih prestasinya serta  tidak mudah tergoda bujuk rayu sekitarnya.
4.               Action Insight ; pada tingkatan siswa terlibat dalam aktivitas berprestasi ,guru hanya perlu menciptkan iklim kompetitif dikelas dan disekolah ,dengan komunikasi persuasif yang merangsang need of achievement yang ada dalam diri siswa.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorongsiswa berperilaku aktif untuk beeprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negative terhadap keefektifan usaha belajar siswa.
Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual.
Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan interaksi antarpribadi dengan teman dan guru untuk mengembangkan kemampuan kognitif/ intelektual dan kemampuan sosial.




DAFTAR PUSTAKA
Khodijah, Nyayu,2011.Psikologi Pendidikan.Grafika Telindo Press: Palembang
Syahran,Suryaningsih .2010.Motivasi Siswa.http://www.syahran.web.id/motivasisiwa.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar